KEHENDAK UNTUK MUSNAH

Oleh: Faridz Yusuf

TIAP MANUSIA menghasrati keabadian. Ia menyadari akan kesementaraan dunia: ketika detik pergi, menitpun kelak mesti ditinggalkan, baik dikehendaki ataupun terpaksa. Waktu akan berjalan dengan demikian adanya. Pada sisi ini, manusia begitu rapuh jika disandingkan dengan waktu.

Salah satu sikap dari kecemasan akan keabadian ini bisa kita lihat misalnya pada tokoh Togog sebagaimana terbingkai dalam Wahyu Purba Sejati (On Thrones of Gold) buah tangan dari Ki Siswoharsojo. Hasrat keabadian Togog, sebagaimana yang dipaparkan Goenawan Mohamad, dikisahkan Togog bekerja untuk Raja Dasasukma (ruh Rahwana), dan anaknya Begasuksma (ruh Indrajit, anak Rahwana). Ia mengatakan dalam suatu waktu: “Meskipun hamba hanya pelayan, hambapun punya cita-cita, seperti orang lain: mengharapkan kehidupan sempurna di dunia dan setelah mati ….”1 Read the rest of this entry »

Media Agama: Suatu Telaah Sederhana | Verstehn #6

Oleh: Faridz Yusuf

SECARA UMUM, jika seseorang hendak berdialog langsung dengan yang lain, maka keduanya niscaya bakal bercakap sambil menatap wajah. Keduanya selain akan terhubung secara bahasa, juga bakal saling bertukar ekspresi. Dalam dialog itu, wajah kemudian jadi penanda bagi terhubungnya relasi antarmanusia yang sebelumnya diputus jarak geografis.

Selain itu, wajah yang punya kemampuan lebih dari 7.000 ekspresi, bisa dengan tangkas menyembunyikan keasliannya. Sebab wajah, siapapun lalu menaruh curiga, membentuk tafsir. Nampaknya, wajah semacam cermin ontologis: representasi simbolis agar yang lain bisa mengidentifikasi ke dalam fakta diri yang paling mungkin objektif. “Wajah,” kata Anthony Synnott, “selain publik, juga privat dan intim.” Read the rest of this entry »

Arkeologi Kejahatan | Verstehn #6

Oleh: Abdullah Zen

MINGGU 1/5/2011, melalui berbagai media, kita tahu Usama bin Laden tewas terbunuh. Orang nomor satu Al-Qaeda ini meninggal dalam baku tembak dengan pasukan khusus Amerika Serikat di sebuah mansion di kota Abbottabad, sekitar 100 km sebelah utara kota Islamabad, ibukota Pakistan.

Tewasnya Usama Bin Laden tentu membawa dua tanggapan saling bertentangan. Para pihak yang beranggapan Usama Bin Laden adalah terorisme akan mengatakan “mampus kau orang biadab!”. Sebaliknya, para pihak yang mendukung setia Usama Bin Laden akan mengutuk Amerika Serikat. Terlepas dari dua tanggapan ini, satu hal yang pasti—baik yang membela Usama maupun yang menyetujui penyerangan Amerika Serikat—akan saling menganggap yang lainnya sebagai orang jahat yang harus diperangi. Read the rest of this entry »

Kejahatan: Sebuah Pengakuan | Verstehn #6

Oleh: H. Syihabul Furqon

KEKERASAN adalah sumber penderitaan. Karena apa pun alasannya yang namanya kekerasan itu selalu berimplikasi penderitaan. Seperti halnya seseorang yang menyakiti diri sendiri dan atau pun menyakiti orang yang ada di sekelilingnya. Pastilah dari sana penderitaan ditimbulkan, baik itu penderitaan fisik yang disebabkan kekerasan fisik maupun penderitaan batin yang lebih bersifat psikologis.

            Tapi, jika kita melihatnya ke depan—dalam arti jika kita melihat implikasinya, maka yang akan kita dapatkan adalah penderitaan itu sendiri. Sepertinya, alangkah lebih asyik jika kita merunut akar permasalahan yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan. Dan kemudian kita mengurai dari sebab apa kekerasan itu bisa terjadi. Karena, bukankah setiap kita—disadari maupun tidak—sepertinya memiliki akar kekerasan yang sama. Read the rest of this entry »

Pendidikan: Suatu Negasi Kebebalan | Verstehn #6

Oleh: Pedi Ahmad

JIKA KITA BERTEMU dengan seekor ular Cobra berbisa, kita tidak berkata, “tolong katakan bagaimana caranya lari dari ular itu.” Kita langsung lari, menghidar dari bahaya gigitan ular itu, tak berpikir apa-apa terlebih dulu, bukan?

Kepintaran kita tidak pernah kita ketahui batas maksimalnya, tapi terkadang kepintaran itu kita batasi. Apakah kalian pernah menyadari itu? Atau kita dipaksa untuk tidak membiasakan berpikir? Saya jadi bertanya pada diri sendiri, jangan-jangan sayapun sama seperti kalian, hanya sedang berpura-pura berpikir, berpura-pura membaca, tidak pernah memikirkan apa yang mesti saya pikirkan. Read the rest of this entry »

MATA HORUS | VERSTEHN #5

Oleh: Faridz Yusuf

SAYA INGAT BOCAH KURUS, dengan mata yang bolor, dipaksa sang Ayah yang patriotis bertempur ke medan perang. Itulah John Kipling, kisah yang dituturkan pada kita lewat film My Boy Jack.[1] Ini tentu bukan film sihir, meski Kipling diperankan Daniel Radcliffe, pemeran Harry Potter.

Alkisah, Inggris tahun 1914, ketika mulai pecah perang dunia satu. Rudyard Kipling, ayah John, adalah penulis ternama Inggris, berusaha merayu kerajaan Inggris agar memasukkan John di Angkatan Darat. Usaha Rudyard sempat ditolak, tetapi akhirnya John diterima di Angkatan Darat. Pada tahun 1915, John dikirim ke Prancis ke perang Battle of Loos. Di perang itu, John dinyatakan hilang. Keluarga Rudyard dirundung duka. Film yang dirilis 20 April 2008 itu, tak mempunyai efek sound yang baik, sebab isinya adalah efek dramatis. Sutradaranya, Brian Kirk, selama 95 menit akan menyeret pada keadaan itu: bagaimana jadinya menghadapi perang dengan mata yang bolor? Read the rest of this entry »

SARTRE DAN ATHEISME | VERSTEHN #5

Oleh: M. Rais Alfatoni

ADA DUA PILIHAN dalam kehidupan manusia dan kebebasannya. Menerima adanya Tuhan, sehingga dirinya tidak bebas karena segalanya ditentukan oleh Tuhan, dan menolak adanya Tuhan, kebebasan menjadi suatu hal yang mungkin bagi umat manusia. Jean Paul Sartre (1905-1980), Filsuf berkebangsaan Prancis yang terkenal dengan filsafat eksistensialis ateisnya, sehingga menghasilkan konsep ateisme humanistik di abad 20. Abad yang penuh dengan peperangan antar umat manusia, termasuk dengan yang mengatasnamakan agama. Banyak kaum muda yang akhirnya gemar membaca karya-karya Sartre, Sartrian menjadi populer dikalangan kaum muda Eropa termasuk juga di Asia. Read the rest of this entry »

TENTANG PERASAAN | VERSTEHN #5

Oleh: Wildan Muharomsyah

SESEKALI ia bercerita keluh kesah tentang dirinya, menatap tajam dan berbicara padaku. Di kesempatan lain ada sesuatu yang berbeda, yang berusaha disembunyikan dariku. Akan tetapi, seakan-akan matanya tak mampu berdusta, selalu ingin bicara kejujuran. Sehingga nampak begitu jelas perasaan yang dipendamnya. Entah perasaan apa yang dirahasiakannya. Mungkinkah itu luap kebahagiaan yang ia alami? Terlihat garis indah di wajahnya, yang kadang untuk meluapkanya ia teteskan air mata. Atau mungkin sebaliknya, yang tengah ia simpan adalah suatu penderitaan.

Pernahkah bertanya, mengapa perasaan itu muncul dan kita alami? Read the rest of this entry »

AKU, BENDA, DAN SEJARAH | VERSTEHN #5

Oleh: H. Syihabul Furqon

“KENAPA harus ada penyadaran sebelum disadarkan?”

Kutipan di atas adalah sebuah renungan beberapa hari yang lalu ketika pada saat itu Handphone saya eror. Sudah jadi lazim bahwa Hp saya selalu disibukan dengan multi-tasking. Ketika eror itu terjadi, tentu saya menggerutu atas kecengengan Hp yang mulai lemot itu. Hingga pada akhirnya saya menyimpannya dengan cara melempar—kesal.

Anehnya ketika itu dilakukan, saya merasa bersalah. Saya merenung dan merasa sedih. Kesedihan yang melanda saya bukan karena keerorannya, melainkan lebih pada nilai di balik materinya. Demikian yang saya rasakan. Bisakah kita bicakan hal itu? Read the rest of this entry »

MEMBAKAR CINTA, TERBAKAR CINTA | VERSTEHN #3

cover: Verstehn #3: LoveOleh: H. Syihabul Furqon

MALAM INI ini belum pungkas. Ini tepatnya di hari Sabtu 11 Desember 2010. Malam minggu di mana anak-anak muda untuk nongkrong bersama pasangan mereka. Ini malam cinta barangkali demikian, dan enak rasanya untuk mengobrol ihwal cinta. Mari kita meneropong kedalaman dan ketinggian cinta dalam sudut pandang tasawuf dan tentu dengan sudut pandang filsafat sebagai perbandingannya. Read the rest of this entry »

‘UZLAH | VERSTEHN #4

Cover: Verstehn #4Oleh: Tiusman Nawawy feat. Nurfalah

PENAFSIRAN AL-QUR’AN yang dilakukan oleh para Mufassirin terdahulu tak terlepas dari bahasa di dalam Al-Qur’an, sehingga mempermudah menafsirkan ayat-ayat tertentu. Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang—menelaah mengenai bahasa manusia (Martinent, 1987:19)—memegang peranan penting dalam menafsirkan suatu kalimat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Read the rest of this entry »

« Older entries