SYAIKH AL-AKBAR MUHYI AL-DIN IBN ‘ARABI

Oleh: Zaini Luthfi

DI KALANGAN pegiat Mistik Islam (Tasawuf) siapa yang tak mengenal sufi besar ini. Ia adalah Ibnu ‘Arabi nama lengkapnya, Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah al-Haitami ath-tho’i al-Andalusi. Para pengikut sufismenya memberi gelar kepada Ibnu ‘Arabi pertama Muhyi al-Din (Penghidup Agama), yang kedua as-Syekh al-Akbar (Guru Besar). Gelar kedua tampaknya lebih gandrung disebut-sebut oleh muridnya dari pada gelar pertama, (dalam tulisan ini penulis menyebut Ibnu ‘Arabi dengan sebutan Syekh saja). Sufi Keturunan Arab kuno Tho’i ini terlahir di Mursia sebelah tenggara Andalusia (Spanyol) pada 17 Ramadhan 560 H/28 Juli 1165 M. Pada waktu kelahirannya Mursia diperintah oleh Muhammad Ibn Sa’id Ibn Mardanisy, ketika Dinasti al-Muwahhidin menaklukan Mursia pada 567 H/1172 M. Keluarganya berpindah tempat tinggal ke Seville setelah ayahnya diberi pekerjaan dinas pemerintahan atas kebaikan Abu Ya’qub Yusuf, penguasa Dinasti al-Muwahhidin pada saat itu. Syekh baru berusia delapan tahun ketika menetap di Seville. Ia terlahir dalam suasana keluarga yang taat beragama, ayah dan ketiga pamannya seorang sufi tentunya ini menjadi faktor pendukung dirinya untuk memilih jalan sufistik. Syekh kecil memulai pendidikan formalnya di sana. Pada saat itu Seville adalah kota pusat ilmu pengetahuan dan kota pusat sufisme dengan sejumlah guru sufi tertemuka yang tinggal disana. Di bawah bimbingan para guru dan sarjana-sarjana terkenal, Syekh mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, mempelajari al-Qur’an dan Tafsirnya, Hadist, Fiqih, Teologi, dan Filsafat Skolastik. Kecerdasan luar biasa yang ditunjukannya mengantarkan Syekh pada usia muda sempat menjadi sekretaris Gubernur Seville dan pada periode ini Syekh menikahi seorang perempuan sholehah yang bernama Mariam, istrinya pun menyukai jalan sufistik dan ini menjadi faktor kondusif bagi Syekh mematangkan jiwa kesufiannya. Read the rest of this entry »

Kepemimpinan | Verstehn #6

Oleh: D. Andeska*)

TANPA KITA SADARI tiap perjuangan atas nama pembaharuan, tiap gerakan untuk menumbangkan yang-lama dengan yang-baru, tentu didasari adanya kecacatan dari yang-lama, yang akan diberontak itu. Dan yang-baru, tentu mengeluarkan janji yang muluk-muluk kepada rakyat.

Karena tak mungkin pembaharuan berhasil tanpa dukungan rakyat, maka rakyat harus diberi janji-janji muluk, menonjolkan kelemahan yang lama, semuanya ini hanyalah siasat belaka, atau mungkin janji hati nurani yang dikeluarkan oleh para pemimpin yang setelah berhasil dan maksudnya tercapai, karena mabuk kemenangan, maka dilupakan secara sengaja atau tidak sengaja janji-janji yang telah dikeluarkannya ketika mereka mendorong rakyat untuk membantu gerakannya. Dan hal ini terus-menerus berulang, yang berhasil dan menang kemudian menghadapi lagi golongan baru yang ingin menumbangkannya, dengan janji-janji yang sama pula, dengan menonjolkan kesalahan dari yang sedang berkuasa, persis seperti ketika pemberontakan atau pergolakan yang pertama atau terdahulu itu terjadi. Dan yang paling menyedihkan, rakyatpun selalu menurut saja dan dapat saja dimakan provokasi dan mau saja dibodohi oleh janji-janji muluk dan tak kunjung terpenuhi itu! Read the rest of this entry »

BIOGRAFI SUHRAWARDI | VERSTEHN #3

cover: Verstehn #3: LoveOleh: Pedi Ahmad

ABU AL-FUTUH YAHYA BIN HABASY BIN ‘AMIRAK As-Suhrawardi Al-Kurdi, yang biasa dikenal dengan sebutan Suhrawardi lahir pada tahun 1153 M./549 H., di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran. Ia banyak memiliki gelar: Syaikh al-‘Israq, Al-Hakim, Asy-syahid  dan Al-Maqtul, akan tetapi Suhrawardi lebih terkenal dengan julukan al-Maqtul karena ia menemui kematian tragis melalui eksekusi di Aleppo pada 587 H/1191 M dan karena itulah ia terkadang disebut guru yang terbunuh. Read the rest of this entry »

THE SHADOWS | VERSTEHN #4

Cover: Verstehn #4Oleh: Abdullah Zen

Life is a comedy to those who think, a tragedy to those who feel

(Jean Racine, An Introduction to Philosophy)

HARI IDUL FITRI ITU, semua anggota keluargamu biasa berkumpul. Mereka tersenyum, ramah dan kelihatan berbahagia, entah terpaksa, pura-pura atau memang itu keadaannya. Kau duduk bersama saudara-saudaramu, menceritakan apapun, tak lupa diselingi tawa dan canda. Tiba-tiba, kau merasa ditarik ke atas langit, duduk di atas awan menyaksikan daratan, gunung, lautan dan manusia berseliweran. Dari atas, kau melihat mereka di bawah bergerak bagaikan materi yang mengeluarkan berbagai aksi-reaksi dan bunyi. Kau terhempas dan merasa semuanya berubah menjadi hambar, hampa dan tak bermakna. Read the rest of this entry »